Etika merupakan dasar kehidupan berbangsa ini. Akan tetapi, apabila perikehidupan sudah begitu sering mengabaikan etika, kehidupan pun tidak berjalan harmonis karena lebih banyak dikendalikan oleh materi dan kebuasan kepentingan kekuasaan. Masalah etika ini menjadi perbincangan yang serius dalam Kongres Nasional Tokoh Agama III tanggal 9-11 Juni 2010 di Ancol,
Pengabaian etika
Dalam keseharian kehidupan ekonomi, sosial, budaya, dan politik, etika memang lebih sering dijadikan pemanis bibir dibandingkan diamalkan dengan nyata. Pada gilirannya kita pun mengetahui begitu banyak ragam persoalan yang lahir ketika etika sudah tidak lagi dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Yang paling nyata dari berbagai kasus dewasa ini adalah pada saat negara kehilangan arah dan tujuan untuk menyejahterakan masyarakat. Menghadapi itu, semua pihak perlu diingatkan untuk kembali menjadikan Pancasila sebagai landasan kehidupan dengan penafsiran yang lebih dinamis. Dalam Kongres itu, para tokoh agama memfokuskan diskusi untuk mencari solusi menata kembali kehidupan agar bangsa ini memiliki sebuah karakter yang kuat sebagai bangsa yang berketuhanan, berkemanusiaan, dan berkeadilan. Untuk mengembalikan jati diri bangsa ini dibutuhkan sebuah keadaban publik yang jelas berpihak kepada rakyat. Kita bisa memulainya dengan melakukan revolusi mental. Disadari bersama bahwa berbagai perkembangan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat dewasa ini yang meliputi aspek politik dan hukum, ekonomi, pendidikan, dan kebudayaan menunjukkan adanya kontradiksi yang memprihatinkan. Tanpa disadari bahwa pelbagai kemajuan yang dicapai ternyata disertai dengan penggerusan nilai-nilai luhur bangsa
Pemihakan pada keadilan
Etika atau filsafat moral (Teichman, 1998) mampu menjelaskan mana tingkah laku (politik) yang baik dan sebaliknya. Etika juga bisa menjadi garis pembatas mana tingkah laku yang sekadar dikemas sebagai baik dan mana yang secara substansi mengandung kebaikan. Pembelaan terhadap kepentingan publik dan hak-hak rakyat sudah semestinya menjadi basis etis semua kebijakan publik. Untuk sampai ke
Sumber: Kompas,29-06-2010
Comments :
Post a Comment