Menepis Potensi Gelembung Ekonomi

Kalangan pengusaha dan pelaku ekonomi di tanah air mendapat warning penting pertengahan pekan lalu dari Wakil Presiden Boediono. Saat membuka World Ceramic Tiles Forum di Hotel Sultan, Jakarta, Rabu (30/6), Wapres Boediono mengingatkan pelaku ekonomi tentang kemungkinan terjadinya ''gelembung ekonomi''. Selama ini ahli ekonomi menggunakan istilah ''gelembung'' untuk menyebut fenomena peningkatan harga aset secara ekstrem berdasar harapan kenaikan harga pada masa depan tanpa dukungan fundamental ekonomi yang kuat. Secara akademis, gelembung ekonomi, gelembung spekulatif, atau gelembung keuangan juga sering diartikan sebagai ''perdagangan dalam volume besar dengan harga yang sangat berbeda dengan nilai intrinsiknya''. Dalam konteks negara, kebijakan yang terlalu mengejar pertumbuhan jangka pendek dan melupakan jangka menengah hingga panjang bisa menimbulkan gelembung ekonomi. Dengan begitu, dalam mengambil kebijakan ekonomi makro, pemerintah akan mengarahkan kepada upaya menghindari terjadinya kenaikan harga barang secara tidak rasional.

Perekonomian Indonesia pada 2010 memang sama sekali tidak mengindikasikan gejala ke arah penggelembungan. Pertumbuhan ekspor dan investasi di sektor riil meningkat dan mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal pertama tahun ini. Belum lagi pertumbuhan kredit dan penempatan dana masyarakat di perbankan juga meningkat pesat. Namun, mencermati peringatan Wapres yang juga memiliki kapasitas tak diragukan di bidang ekonomi moneter sangatlah penting. Apalagi, belakangan diketahui gelembung ekonomi dapat muncul setiap saat, tanpa didahului terjadinya ketidakpastian harga dan aksi spekulasi. Fenomena globalisasi membuat krisis ekonomi di suatu negara langsung menciptakan ancaman krisis serupa di seluruh negara di dunia. Setelah krisis finansial global 2008 yang berawal dari Amerika Serikat, dunia kini dibayangi dampak krisis baru akibat terguncangnya perekonomian Yunani. Jika penyebaran dampak krisis Yunani juga tak bisa dicegah, virusnya bisa mengglobal. Akibatnya, semua negara kini mengelola perekonomian masing-masing dengan penuh hati-hati. Apa yang disampaikan Wapres Boediono merupakan bagian dari kehati-hatian tersebut. Peringatan itu juga sebagai isyarat agar kita tidak mudah terlena dengan indikasi ekonomi makro yang gemilang, namun sesungguhnya keropos di dalam. Kenyataan bahwa penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah konsumsi masyarakat adalah aset berharga yang harus terus dijaga. Caranya, segala upaya kebijakan ekonomi harus fokus pada pertumbuhan sektor riil. Tak hanya pertumbuhan di sektor keuangan, perbankan, saham, dan sektor finansial yang terbukti beberapa kali semu dan gampang menipu.

Sumber: Jawapos, 05-07-2010

Comments :

0 comments to “Menepis Potensi Gelembung Ekonomi”

Post a Comment