Suarez, Pahlawan atau Pecundang?

Oleh: M Burhanudin

Berjalan tertunduk keluar lapangan dengan mata berkaca-kaca. Dia diganjar kartu merah oleh wasit karena dengan sengaja menghalau bola sundulan gelandang Ghana, Dominic Adiyiah, yang semestinya sudah masuk ke gawang Uruguay pada menit ke-120 itu. Ghana pun mendapat penalti. Kekalahan sudah terbayang di benak Uruguay, termasuk Suarez. Namun, mendekati bibir koridor keluar, wajah Suarez berubah 180 derajat. Dia meloncat-loncat kegirangan sambil mengepalkan tangan ke udara. Asamoah Gyan yang ditugasi mengeksekusi penalti gagal menjalankan tugasnya. Tendangannya membentur mistar gawang. Publik pun berkesimpulan, Ghana bukan kalah penalti. Ghana kalah oleh tangan Suarez. Jikalau saja tangan Suarez tidak ”nakal”, Ghana-lah yang bakal meluncur ke babak semifinal. Namun, bukankah wasit sudah menghadiahkan penalti dan mengartumerahkan Suarez? Bukankah itu sudah adil?

Perdebatan atas hal itu pun mengemuka. FIFA pun sempat akan memberikan tambahan hukuman buat Suarez karena betapa krusialnya tindakan Suarez itu. Menggagalkan gol Ghana, sekaligus menyelamatkan Uruguay dari kekalahan. Bagi sebagian publik, mungkin Suarez dianggap sebagai pecundang yang menghalalkan segala cara untuk menang. Menghadang bola dengan tangan, apalagi bola yang 99 persen gol, jelas sangat tak profesional karena merugikan tim lain, terlebih di momen sangat krusial seperti perempat final Piala Dunia. Namun, di sisi lain, siapa yang bisa menyangkal bahwa Suarez-lah pahlawan timnya. Tanpa handball itu, mimpi Uruguay tentang Piala Dunia sudah usai Sabtu (3/7). Tanpa handball itu, Ghana-lah yang berdiri gagah melawan Belanda, Rabu (7/7) dini hari WIB. Orang lalu coba membandingkan ”sepak bola tangan” Suarez ini dengan tindakan Thierry Henry yang memakai tangan untuk mengantar Perancis lolos ke Afsel. Keduanya sama-sama pelanggaran dan berakhir merugikan bagi lawan. Namun, bukankah dalam kasus Suarez wasit sudah bertindak benar? Berbeda dengan kasus Henry yang tak diikuti tindakan wasit semestinya?

”Saya mengakui bahwa saya salah. Kartu merah itu sudah semestinya karena memang tak ada pilihan lain dalam momen ini,” kata Suarez. Pelatih Uruguay Oscar Tabarez membela striker kesayangannya itu bahwa handball Suarez semata berdasar insting. Tak ada upaya kesengajaan. ”Dia sudah diusir wasit. Dia tak bisa bermain setelah ini. Ini sudah adil,” kata Tabarez. Suarez tak tahu apakah nantinya penalti Gyan bakal gol atau tidak saat dirinya nekat handball. ”Lalu, apakah Suarez disalahkan atas kesalahan Ghana yang gagal mengeksekusi penalti?” balas Tabarez. Meski mengaku dongkol, kubu Ghana akhirnya dapat mengikhlaskan kasus Suarez itu. Mereka mendapatkan kesempatan besar untuk menang setelah handball itu, tetapi gagal memanfaatkannya. ”Jika saja tendangan saya gol, ceritanya akan lain. Tapi ternyata gagal,” ujar Gyan. Suarez adalah salah satu pemain muda paling bersinar di Afsel 2010 ini. Tiga gol sudah dicetak pemain klub Ajax Amsterdam ini. Dia elemen penting Uruguay. Tapi, kini, dia bukan saja bintang muda, mungkin juga pahlawan pecundang.

Sumber: Kompas, Selasa, 6 Juli 2010 | 05:37 WIB

Comments :

0 comments to “Suarez, Pahlawan atau Pecundang?”

Post a Comment