Tendangan Penalti dan Fisika

Oleh: Yohanes Surya

Masih ingat bagaimana Ghana tersingkir dari Piala Dunia 2010? Waktu itu, Asamoah Gyan, yang menjadi eksekutor tendangan penalti, gagal memanfaatkan peluang super emas yang diberikan wasit Olegario Benquerenca dalam pertandingan yang sangat seru tersebut. Pertandingan pun dilanjutkan lewat drama adu penalti di mana akhirnya Ghana tersingkir setelah kalah 2-4 melawan Uruguay dalam adu tendangan 12 pas itu. Menangislah seluruh Afrika karena satu-satunya wakil Benua Afrika yang tersisa di babak delapan besar gagal masuk semifinal. Bukan hanya Afrika yang menangis karena tendangan penalti, Asia pun menangis karena Jepang gagal dalam adu penalti melawan Paraguay.

Apa sebenarnya penalti?

Sebenarnya apa sih tendangan penalti atau tendangan dua belas pas itu? Mengapa para penjaga gawang kok takut sekali dengan tendangan ini? Mengapa pada tendangan penalti penjaga gawang sulit sekali menangkap bola?

Tendangan penalti merupakan tendangan hukuman ketika seorang pemain melakukan pelanggaran keras di daerah kotak penalti. Tendangan ini juga dipakai untuk menentukan pemenang dalam suatu pertandingan penentuan dari suatu ajang besar, seperti seperti Piala Dunia atau Piala Eropa. Setiap pihak diberikan kesempatan melakukan tendangan lima kali dari kotak penalti (pada jarak sekitar 11 meter dari gawang). Tim yang paling banyak memasukkan bola ke dalam gawang, dialah yang menang. Piala Dunia selalu penuh dengan drama tendangan penalti ini. Bahkan, banyak orang meramalkan bahwa final Piala Dunia 2010 akan diwarnai dengan drama yang membuat jantung rasanya mau copot ini. Dalam melakukan tendangan penalti, seorang pemain profesional biasanya menendang bola tidak terlalu keras. Yang penting adalah berusaha memasukkan bola ke pojok-pojok gawang atau mengecoh penjaga gawang. Memang, menendang bola ke pojok-pojok gawang tidak terlalu mudah. Si penendang harus memerhatikan arah angin, puntiran (rotasi) serta kecepatan bola dan harus membuat kalkulasi cepat di otaknya. Bola yang berputar terlalu cepat dapat menimbulkan efek magnus yang akan menyimpangkan bola. Bola yang bergerak terlalu cepat pun dapat menimbulkan masalah karena dapat menimbulkan turbulen udara yang mengakibatkan bola menyimpang.

Menurut penelitian, tendangan yang paling efektif adalah tendangan dengan kekuatan 75 persen sampai 80 persen dari kekuatan maksimum kira-kira 90 kilometer per jam (ini cepat lho... sama dengan kecepatan mobil rata-rata di jalan tol). Dengan kecepatan ini, bola akan tiba di pojok kanan atau kiri bawah dalam waktu sekitar 0,36 detik dan akan tiba di pojok kanan atau kiri atas dalam waktu sekitar 0,42 detik. Menurut perhitungan Sam Williamson, fisikawan yang bekerja di Center for Neural Science New York, waktu reaksi terbaik dari seorang penjaga gawang adalah 0,26 detik. Setelah bereaksi, otak sang penjaga gawang harus mengirimkan sinyal ke otot. Setelah itu, baru ia melompat menerkam bola. Kalau kita hitung, waktu total untuk melakukan gerakan-gerakan ini diperkirakan lebih dari 0,6 detik. Itu sebabnya bola yang disontek ke ujung-ujung gawang biasanya sangat sulit ditangkap. Namun Iker Casillas yang katanya kiper terbaik Spanyol sering kali mampu meninju bola yang ditendang dari kotak penalti ini. Bagaimana mereka melakukannya? Casillas atau penjaga gawang lain mampu menahan bola jika mereka mampu memperkirakan dulu ke arah mana bola akan ditendang.

Mendahului bola

Mereka biasanya bereaksi sangat cepat atau melompat lebih dulu dari bola. Namun bagi kiper-kiper yang belum pengalaman (antisipasinya kurang cepat), sering kali terjadi kejadian yang lucu, yaitu bola bergerak ke kanan tetapi kiper melompat ke kiri (penonton yang tidak tahu alasannya sering mengejek ”bodoh sekali kiper ini, bola ke kanan, kok melompatnya ke kiri”). Untuk melatih reaksi yang cepat dan tepat, dibutuhkan latihan yang panjang dan pengalaman yang cukup. Jadi, jangan heran para kiper atau penjaga gawang dalam Piala Eropa atau Piala Dunia rata-rata lebih tua dibandingkan dengan pemain lainnya. Lihat saja enam pemain tertua di Piala Dunia 2010, semuanya adalah penjaga gawang yang usianya di atas 36 tahun. Mereka adalah David James (Inggris), Sander Boschker (Belanda), Marcus Hahnemann (Amerika Serikat), Mark Schwarzer (Australia), Oscar Perez (Meksiko), dan Lee Woon-jae (Korea Selatan).

(Yohanes Surya Rektor Universitas Multimedia Nusantara/ Chairman Surya Institute)

Sumber: Kompas, Kamis, 8 Juli 2010

Comments :

0 comments to “Tendangan Penalti dan Fisika”

Post a Comment